Kisah 2 (manusia) untuk bersatu atas perbedaan yang ada ternyata
tidak akan berhenti dari satu manusia ke manusia lainnya, terkadang ada
orang bisa mengalami kisah cinta dengan datar-datar saja dalam artian
tak banyak masalah dan halangan semua lancar tapi terkadang pula harus
mengalami
hal-hal pahit yang terkadang diluar perkiraan awalnya mulus
tapi ketika denting bel pernikahan akan berbunyi permasalahan itu baru
muncul dan meletup untuk terus membesar bagai buah simalakama.
Saya jadi teringat dulu perbedaan yang saya alami bisa dibilang
komplek karena keyakinan, Suku dan adat istiadat tapi Alhamdulillah itu
semua kini telah melebur jadi satu dalam sastu ikatan.
Tapi kisah yang saya alami dengan istri ternyata dialami juga oleh
sahabat istri saya dan semua itu dijurangi oleh perbedaan Suku dan adat
istiadat. Sahabat istri saya yang mengalami hal tersebut 2 orang
sekaligus yang pertama kita sebuat aja Muthia yang berasal dari Suku
Batak dan mempunyai kekasih orang Chines kalimantan dan satunya bernama
Widia yang merupakan keturunan Chines Serang dan cowoknya keturunan
Batak.
Bisa dibilang kisah cinta yang dialami mereka hampir sama yaitu kedua
orang tua mereka (salahs atu pihak) tidak menerima calon mantunya
berasal dari suku mereka bahkan masih melihat Bobot, Bebet dan Bibit.
Tapi tetap kita tak bisa menyalahkan orang tua 100% karena buat orang
tua selalu ingin yang terbaik buat anaknya.
Saya tahu mengalami benturan ketika kata “pernikahan” sudah terucap
sangatlah berat dan menjadi sebuah beban, ketika jalan yang kita akan
lalui berharap mulus tiba-tiba berubah menjadi begitu banyak halangan
dan kerikil tajam, dengan sedikit salah melangkah mungkin kata
“penyesalan” akan menjadi bagian sisa hidup kita.
Saya sendiri 2 bulan sebelum menikah pernah menemukan persimpangan
lain yang terlihat mulus dan tak akan ada rintangan, tapi saya tetap ga
mau egois karena saya berpikir Ridho orang tua adalah hal utama dalam
mengarungi bahterai rumah tangga dan ternyata Ibu saya lebih menyukai
jalan yang terlihat terjal dan penuh rintangan dan keputusan sayapun
memilih istri saya sekarang.
Kisah cinta Muthia dan cowoknya yang keturunan Chines Kalimantan bisa
dibilang awet walau mereka jarang bertemu karena terpisah jarak dan
waktu tapi keyakinan untuk saling menjaga kesetiaan sangatlah kuat, tapi
ketika keinginan mereka untuk segera mengikrarkan kata “sakral” dalam
janji pernikahan kini terbentur oleh kata “tidak setuju” dari orang tua
Muthia, mungkin karena faktor berbeda suku/adat istiadat lah yang
membuat orang tua Muthia tidak setuju dan alasan lain (menurut saya) ada
pandangan lainnya terhadap bakal calon mantu yang berbeda suku.
Hal sama pun dialami oleh Widia yang keturunan Chines Serang dengan
bakal calon suaminya orang Medan pula, tapi disini yang menentang adalah
bakal calon mertua dari pihak lakinya, dan faktor Bebet Bibit Bobotlah
yang membuat orang tua dari pihak pria yang tidak suka dengan bakal
calon mantunya tersebut karena Widia dari kalangan orang biasa.
Perjalanan kisah cinta yang diawali oleh sebuah perbedaan tentunya
tidak akan berhenti ketika kita bisa menikah, mungkin ketika pernikahan
kita sukses yaitu kehidupan yang rukun, mempunyai anak dan tentunya
kemapanan ekonomi bisa jadi mereka orang tua yang tadinya menentang akan
berubah menjadi baik dan bahkan sangat baik dari perkiraan kita
sebelumnya tapi jika ternyata pernikahan itu malah sering terisi dengan
akta berantem, tidak punya anak bahkan kondisi ekonomi yang
memprihatinkan pastinya akan menjadi bulan-bulanan dari mereka yang dari
awal tidak setuju atas pernikahan kita tadi.
Tapi buat saya yang pernah mengalamin hal tersebut, kekompakan suami
istri sangatlah penting dan selalu menerima satu sama lain dalam kondisi
apapun akan bisa menjadi modal untuk terus bisa menapaki kehidupan
rumah tangga dihari-hari berikutnya, saya sendiri pernah berapa kali
memualai suatu kehidupan dari awal menikah dan sesudahnya selalu dimulai
dari kata 0 (nol) untuk segi ekonomi bahkan terakhir ini bisa dibilang
minus (-) tapi semua itu saya lakukan karena saya dan istri melakukan
semua itu untuk proyeksi jangka panjang, sulit memang karena teori dan
praktek akan selalu ada perbedaan tapi selama kita mampu menjaga dan
membuktikan “Tidak Ada Kesalahan” ketika memilih pasangan, yakinlah
semuanya akan sesuai dengan harapan kita.
0 komentar:
Posting Komentar